Aku hanya ingin mencatat semua kejadian hari ini, kejadian yang mungkin bukan apa-apa bagi orang lain, tapi sangat apa-apa bagiku. Mengabadikannya pada sebuah posting blog adalah pilihan. Kau tak perlu merisaukannya. Bila tak suka, tak perlu kau mempersoalkannya. Kejadiannya begini:
Segra saja, kharismu biruku melaju ke utara setalah sesaat berhenti untuk mengisi bensin. Dengan peci hitam, sarung hitam, dan baju koko biru muda yang agak gelap, akulangsung ngacir. Sebelumnya di jok sepda moror aku membawa 2 gelas air meneral untuk buka puasa disana.
memasuki komplek masjid Darusalam, aku disapa dengan senyum oleh satpam masjid dan dipersilahkan masuk untuk parkir. leat sevalah selatn dan menyusuri teras sisi selatan masjid menjadi pilihanku sore itu. Itu sore yang tak biasa. Sebab aku tak pernah berjama'ah di masjid untuk Sholat Magrib.
Benar, di terasmasjid bagian depan banyak orang yang duduk dan menunggu puasa. Aku tak tau apa memang setiap hari seperti ini. Aku juga tak tau apa mereka memang sengaja disiutu supay dapat takjil dan buka puasa gratis. Memang ramdahn selalu memberi berkah untuk siapa saja yang mau berbagi dan memberi. Begitupan juga untuk umay yang patut untuk diberi dan menerima mereka juga akan menerima keberkahan Ramadhan.
Langkahku terus saja memasuki masjid, aku hanya melirik saja. melalu teras selatan masjid aku masuk dan menempati shof paling depan. Disana para jamahah sudah berisiap menunggu sholat Magrib tiba dengan cara berdzikir. Kebanyak yang sudah duduk dan menunggu adalah golongan tua. Jama'ah belum begitu banyak. Sangat kontras dengan yang ada di teras masjid.
Akulangsungduduk dan menaruh air minaralku yang aku bawa. Sholat sunnah aku lakukan dan aku bersalaman dengan lelaki yang setangah baya, orangnya kurus kering senyumya mengambang, tak ada guratan kesedihan dimukanya. Dismaping lelaki itulah aku duduk dan berdzikir menunggu bedug tiba.
Bedug tiba, kami serantak berdoa dan mengambi bekal yang dibawa. tentu aku hanya akan minum air mneral. Pikirku setalah ini aku akan langsung makan. biasanya aku juga tak segara makan. jadi aku sudah dengan berbuka hanya dengan air terlebih dahulu.
tiba-tiba lelaki itu menyodorkan buah kurma yang ia bawa. Tak banyak yang ia bawa, aku tau persis di plastik kecil isinya sekitar 3 biji. Ia menyodorkan kepada se biji kurma, dan aku tak bisa menolknya. Dalam hatiku, orang ini baikm dan aku harus meneriman supaya bapak tau ini bisa mendapatkan amal kebaikan dari Allah dengan memberiku buah kurma ini. Sebiji kurma aku makan. Sesaat kemudian lelaki tua ini menyodorkan platik kecil "salap mriki". Aku sangat paham apa yang dimaksukan. Biji kurma yang aku makan di suruh untuk dimauskkan dalam plastik tempat kurma yang ia bawa. Sejurus kemudian aku menghabiskan air minaral, dan lelaki itu minum teh yang ia bawa. Lelaki itu beramalatkan di gang 45, itu aku ketahui setelah usai sholat, pada saat iA berjalan menuju parkiran.
Sungguh, inilah keindahan yang aku dapatkan di ujung Ramdhan, menjelang syawal. Keindahan berbagi, kerelaan memberi.Pak tua, usai sholat ini akan aku tanyai kau. janjiku dalam hati. Rumahmu mana. Aku akan mengucapkan terima kasih sekali lagi. Siapa tau suatu saat aku bisa membalas atau aku bisa bertemu dengannya di suasan yang berbeda.
Sholat sunnah segara kami jalankan, sesaat sebelum jama'ah magrib dimulai. Imam sholat magrib mengambil trempat. Suara khasnya membuat jamaha berkonsentrasi. baju putih dan peci yang aku sering lihat Imam memimpin sholat Magrib.
Sholat Maghrib selesai, imam langsung memimpin jama'ah bertakbir. Sungguh... aku tak tau apa yang terjadi... untuk kali kedua mataku tak mampu mebendung air mata. buliran-buliran itu menetes membashi pipiku saat sedang mengumandangkan takbir. Aku tak mampu mencegah. hatiku parau, jiwaku tak berdaya. kelebatan bayangan-bayangan kehidupan yang telah berlalu tehapar didepanku bagai cuplikan film yang yang pemainnya adalah aku sendiri. Sungguh mengharukan. Aku hanya pasrah dan bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan sampai detik ini, selama ini dan yang akan datang. Aku tak mapu menjelaskan, menggambarkan dengan kata-kata di posting ini. Semuanya terjadi dengan sendirinya mengalir. Postingan ini tak berkmasud apa-apa. Saya hanya ingin mencatatnya untuk kemudian aku ingat dan menjadi nasehat untuk diriku sendiri, naehat untuk orang-orang yang aku sayangi. Bahwa, ramadhanharus di kahiri dengan indah. Indah dengan cara kita masing-masing, indah yang tak manyalahi syariat.
Begitulah, aku akan selalu pergi kemana hati membawku. Sore, di ujunng ramdhan ini, hatiku benar-benar membawaku kepadaNYa. (ompra)
30 Agustus 2011, Pukul 21.28 WIB
Rumah Dinas SMAdaBO, berhiaskan suara takbir yang berkumandang
0 komentar:
Post a Comment