Lebaran ini, aku banyak menggunakannya untuk bercerita dan menggali kisah-kisah kearifan lokal yang dilakukana oleh leluhurku. Pak Wek, begitulah aku memanggilnya, beliau adalah kakek dari ibuku, dan juga ayah dari ayah angkatku. Namanya adalah Kasbani.
Aku sangat ingin menuliskan kisah hidupnya dalam rekam jejak kehidupannya selama beliau masih hidup. Ide itu muncul ketika reuni keluarga yang aku disain sejak 3 tahun silam sudah berjalan samapai tahun ke-4. Aku berfikir harus ada yang esensial dari sebuah reuni keluarga. Tentang pemaknaan hidup dan ajaran hidup leluhur yang pernah digagas dan mungkin belum sempat terwujudkan dalam kehidupan Beliau.
Rekam jajak leluhur ini juga bisa menjadi ilmu yang bisa menguatkan para anak turunnya untuk bisa menjalani kehidupan ini. belajar dari keberhasilan dan kegagalan. Sunnguh inilaha ilmu hidup yang leluhurku ajarkan. "Supaya todak hilang, maka menulis adalah pilihannya" begitu kira-kira nasehat Pramudya Ananta Toer dalam karyanya tetralogi Buru.
Selain Pram, Umar Khayam jug amengajarkan itu lewat novel Para Priyayi dan Jalan menikung. Pemikiran ide serta ajaran keluarga supaya tak hilang dan anak turunnya suatu saat supaya masih bisa mengenal leluhur, adalah dengan membuat tulisan tenatang leluhur. Itulah yang dilakukan aoleh oarang-orang besar, para pahlawan.
Tapi aku, adalah anak desa yang mungkin leluhurku tak akan banyak di kenal orang. Ya.. hanya orang kampung saja yang pernah hidup di masa itu, serta keluarga saja. Itu sudah cukup asal nanti samapai turunan yang keberapapun Pak Wek akan tetap di kenang, dikenal dan di warisi pemikirannya dan dedikasinya.
Makanya lebaran ini aku banyak bertanya pada Ayahku. Pak Dhe Koesni aku juga menanykan banyak hal tentang Pak Wek. Pak Dhe Lastus juga memberikan sekilas tentang Pak Wek. Walupun aku belm menulinya tapi aku sudah mendapatkan cerita tentang kehudpan lalu.
Aku tinggal menyiapakan alat dan mewancarai mereka, anak-anak dan cucu dari pak wek tentang pak wek semasa hidupnya dan bagaiaman sikapnya serta apa saja yang pernah diwarikan kepada keluarga. bagaiman pak wek bersikap pada kelurag dan lingkunga. Perjuangan beliau selama menjabat sebagai kamituo (Kapala Dusun).
Pak, Wek. Aku bangga menjadi cucumu. Sebab, banyak poemikiran yang sangat cerdas pada masa itu dan sekarang menjadi penyemangat kami dalam menjalani kehipdupan ini. Aku rindu Padamu Pak Wek.
0 komentar:
Post a Comment