Berita Terpopuler

CBH, Sindiran Untuk Para Pejabat di Negeri Ini

20.6.10

Judul Buku
Ciuman di bawah Hujan
Penulis
Lan Fang
Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama - Jakarta
Cetakan
Pertma, Maret 2010
Tebal
360 Halaman
Oleh:
Prawoto



-Maka bila Ciuman di Bawah Hujan sampai di tanganmu, semoga kau percaya ini adalah suatu “Kebetulan yang bukan kebetulan”. -


Itulah kalimat yang di tulis Lan Fang pada “Bebuka” yang langsung menyita perhatian saya. Kata “kebetulan” inilah yang mengantarkan saya sehingga mendapatkan novel tersebut.

Ceritanya begini, sebelum arisan buku yang dilaksanakan oleh sindikat baca, saya pernah ngobrol dengan dua orang teman, Nanang dan Anas. Keduanya adalah pekerja jurnalistik. Berbincang tentang kegiatan membaca, kegiatan sastra, menulis, pengarang buku dan novel. Kebetulan kami sudah berteman agak lama. Obrolan kami semakin cair. Sampailah Anas bercerita tentang beberapa temannya yang sering menulis novel. Kebetulan Anas bercerita pula tentang Lan Fang. Kebetulan pula Lan Fang pernah pentas Teater di Komunitas Suket – Boureno yang di kelolonya. Temanku ini juga juga bercerita bahwa Lan Fang punya novel baru yang dimuat pada harian kompas sebagai cerita bersambung sejak oktober 2009 – Februari 2010.

Pada Minggu 4 April 2010, Kebetulan, saya membeli Jawa Pos dan Kebtulan membaca berita halaman 6 kolom ke-2 judulnya “Ciuman di Bawah Hujan”. Saya ingat cerita kami bertiga tempo hari. “Menarik juga novel ini,” pikirku usai membaca berita tersebut. Pada arisan buku, Kebtulan aku keluar sebagai pemenang untuk kali pertama. Tiba ingat "Ciuman di Bawah Hujan-nya si Lan Fang. Entah mengapa ingat hal itu, mungkin karena judulnya mengandung kata “Ciuman” yang mudah sekali diingat oleh setiap orang. Kebetulan aku punya teman yang bekerja di Surabaya, setiap Sabtu pasti pulang ke Bojonegoro. Namanya Danny, segera saja aku SMS untuk minta tolong dibelikan novel tersebut. Kebetulan sekali novel itu ada di salah satu toko buku di Surabaya. Dany pulang ke bojonegoro, sampailah "Ciuman di Bawah Hujan" di tangan saya.

Carl Gustav Jung, Psikolog Swiss yang menganalisis alam bawah sadar manusia mengatakan bahwa manusia terhubung dengan manusia lain melalui kebetulan-kebetulan. “Kebetulan” itu bisa mewujudkan diri dalam berbagai macam bentuk. Misalnya, munculnya seseorang atau sesuatu pada saat kita membutuhkannya. Kesadaran atas kebutuhan itu bisa langsung dirasakan seketika itu juga. Atau bisa juga terus menggelinding dalam kerangka rencana yang belum kita ketahui. Ia menyebutnya sebagai konsep sinkronitas.

Itulah yang di tulis Lan Fang pada “Bebuka” Novel Ciuman di Bawah Hujan. Novel ini ditulis melewati lompatan-lompatan kreatif dari satu kebetulan kepada kebetulan yang lain. Saya pun mendapatkan novel ini juga melalui lomptan-lompatan Kebetulan hingga akhirnya sampai di tangan saya.

Pada CBH (Ciuman di Bawah Hujan, red) anda akan diajak berpetualang dalam imajinasi yang dipenuhi unsur kebetulan. Dibandingkan dengan novel karya Lan Fang sebelumnyua, CBH agak berbeda. Lan Fang membangun CBH dengan menggunakan setting politik. CBH bercerita tentang Ari, Politisi bermata Matahari, yang tak pernah mampu menangkap asap. Sementara tokoh Rafi, digambarakan sebagai politisi berkaki angin yang terjebak basah gerimis. Dan tentang Fung Lin, yang menantikan laki-laki yang akan menciumnya di bawah hujan.

CBH di dominasi oleh cerita-cerita yang diangkat dari setting dunia politik. Sepertinya Lan Fang mempresentasikan pengamatannya dalam praktik politik praktis selama pemilu 2009 mulai pilbub, pilgub, pilleg dan pilpres, yang semuanya dianggap penuh kebohongan dan caci maki. Dalam CBH, Anda akan mendapatkan cerita yang dibangun dari suasana politik yang penuh kebohongan dan caci maki, tetapi masih santun dengan bungkus kalimat sastra yang mempesona, menarik dan memiliki gaya bercerita yang khas. CBH adalah bentuk kritik politik, kritik sosial dengan pendekatan dan intepretasi kejadian nyata yang selama ini terjadi dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Dengan rasa setia kawan, tanggung jawab, pengorbanan kerinduhan dan pengharapan CBH menerabas dunia politik, dunia yang tanpa ampun.

Dunia anak-anak juga ditulis oleh Lan Fang sebagai objek cerita. Anak-anak dengan segudang permainan, kepolosan, keinginan mencoba-coba juga di tulis detail sebagai bentuk sindiran tehadap kaum pejabat di negeri ini. Bagaimana Mamanya Fung Lin menghukum anaknya ketika mencuri jeruk. Cara menghukum yang sangat mendidik dan mungkin sangat jarang di lakukan oleh orang tua. CBH juga bercerita tentang permainan layang-layang. Yang kadang ditarik dan kadang diulur. Itulah peribahasa yang digunakan untuk menyindir permainan politik di negeri ini.

Cerita tentang binatang juga ditulis Lan Fang. Kisah tikus bersama Fung Lin. Tikus-tikus got, yang suka makan makanan basi, tempat-tempat gelap dan bau. Semua ditulis sebagai simbol sindiran, kritik untuk kondisi yang saat ini terjadi di indonesia. Sindiran untuk para politisi, koruptor -koruptor yang melenggang Nusantara ini. Pembaca akan semakin terhentak dengan imajinasi Lan Fang yang menceritakan tentang 2 Hamster yang lucu, yang melahirkan 40 anak yang diberi nama Tatang dan Titin. Hamster lucu, dengan hidung yang berwarna, bulu yang bersih hadiah dari Rafi untuk Fun Lin. Tetapi setelah melahirkan 40 anak, Titin (hamster betina, red) memakan mentah-mentah ke-40 anaknya. Ini bentuk sindiran dalam dunia politik . Cerita ini semakin menambah seru karena Fun Lin takut, Rafi akan dimakan mentah-mentah atau memakan mentah-mentah teman politiknya sendiri.

Pelajaran lain yang bisa kita tarik dari novel ini untuk dunia pendidikan adalah semangat menulis Fung Lin, dan semangat menulis Ngatinah. Bahwa segala sesuatu bisa dijadakan objek untuk menulis. Siapapun itu dan apapun itu, semua bisa menulis. Menulis dengan rasa dan logika akan menjadi indah untuk dibaca orang lain. Guru Bahasa Indonesia perlu mengajak murid-muridnya untuk membaca novel ini, dan mengajak muridnya selalu menulis.

Prawoto - 081931002004
3 Mei 2010, Rumah Dinas SMAN 2 Bojonegoro - Sambil memikirkan “Margenuk”

Catatan:
Tulisan ini juga di terbitkan di buletin Baca! Edisi Juni 2010.

0 komentar:

 
CAKRAWALA KEHIDUPAN © 2012 Development Fauns