Berita Terpopuler

Mencari Suabuah Nama

16.3.11
Sore rimis kali ini aku habiskan dengan sahabat akrab yang baru saja pulang dari ibu kota. Namanya Nanang, di sebuah supermarket yang cukup terkenal di Bojonegoro. Minum jus jambu merah menjadi minuman pilihan kami.

Awalnya Mas Nanang -begitulah bisanya aku memanggil- dipesani istrinya untuk membeli Pokis. Celakanya jajan tersebut sudah raib tanpa sisa, entah siapa yang memborongnya. Aku lihat raut muka Nanang kecewa, tak percaya jikalau jajan itu sudah habis. Pasti ia menyesal, memgapa tidak dari tadi pergi ketempat yang menjual pokis. "Ah...sudah habis, padahal Pokis itu kesukan istriku, dan tidak ada kalo disini". Begitu kurang loebih ia mengungkapkan padaku.

Pokis habis, tapi aku tetap saja ngajak Nanang mendekat, kali saja jajan tersebut masih tersisa. benar-benar habis, aku melihat dengan mata kepalku sendiri. Baru aku percaya. Kemudian aku menaiki sebuah tangga kecil untuk masuk ke Foodcourt, masih banyak kursi yang kosong. "Mas duduk dulu saja, masih hujan, masak mau pulang. Kita ngobrol dulu, seperti permintaanku tadi ada yang harus aku sampaikan". Begitulah aku mengajknya sambil sedikit melupakan kekecewaannya karena Pokis, jajan kesukaan Istrnya sudah laris manis tanpa tersisa.

Obrolan kami melebar, cair dan semangat. Mulai dari hobi membaca yang sama-sama kami miliki. Pengalaman menarik selama di ibu kota. Tak kalah antusiasnya aku juga bercerita tentang pendidikan sekolah dan rutinitasku dalam dunia pendidikan. Obrolan tentang Sindikat Baca dan rumah baca menjadi obrolan yang sangat inspiratif dan menyemangati kami untuk terus mengkampanyekan cina membaca.

Pada sebuah kesimpulan bahwa kita, saya dan Nanang haru sedikit narsis, membuat acara-acara yang kita asuh dengan ide dan komunita yang kita miliki. Tidak tergantung dengan yang lain. Setiap orang, sebaiknya memiliki gerbong-gerbong sendiri untuk meramaikan rumah baca dengan agenda dan kegitan yang kita ciptakan sendiri. Sekretif dan semenarik mungkin. Sebab setiap individu sellau memiliki masa senidiri sendiri. Kenapa narsis sebab kita menjual nama, dan hal ini akan meningktkan pengakuan orang terhadap individu itu, selain itu juga akan meningktkan citra Sindikat baca di mata masyarakat dengan adanya berbagai kegiatan positif.

Itu artinya aku dengan lingkungan pendidikan yang aku milili harus semakin bermanfaat dan memberi dengan cara membuat sebuah acara rutin yang aku asuh dan aku kemas sendiri dengan gaya dan karakterku, kegiatan yang tidak menggurui, menyenangkan, santai dan setiap yang datang bisa mendapat sesuatu dari pertemuan tersebut. Acara apa itu, yang jelas tidak jauh dari membaca menulis dan IT. Sebab itulah dunikku.

Sekrang aku sedang berfikir, apa nama acaranya, apa taqline-nya. Yaa... dengan menulisnya ini, aku sudah mulai jelas dan mendapatkan ide tinggal mengekamas dan mengembangkan.

Rumah Baca akan mejadi semacam stasiun TV, yang pemirsa datang lngsung, dengan berbagai acara khas, dikemas berbeda oleh penghuninya, baik aku, Nanang, Anas, Nitis, dita ataupun yang lainnya.

Pembicaraan kami semakin asik. Ada energi-energi baru yang meletup di ubun-ubunku. Obrolan kami menjadi sangat panjang. Sampai-sampai jus di gelasku tinggal tegukkan terakhir. Hujan masih turun, jam 16 sudah lewat separuh. Kami beranjak menuju tanggal yang mengghubungkan dengan bangunan lainnya. Disan aada beberpa buku yang ditata rapi terjual. tapi tidak menarik, bising sebab dekat dengan are game. Aku dan nanang hany aberjalan sekanany di balik rak-rak buku. Nanang gelisah sebab HP-nya low bad. ia tak bisa kirim SMS ke istri dan teman yang sudah menunggu di Balen. "Pak Guru, wis ayo kita turu, wlaupun hujan, aku harus pulang sudah sore, tak enak aku dengan orang rumah." Segara kami beranjak menuruni tangga, menuju ketepat parkir.

"Yang jelas kita harus berkarya Pak Guru. Menulis dan menerbitkan buku, memiliki sebuah karya, tentang apa saja yang dekat dengan dunia kita." Kalimat itulah yang di lontarkan Nanang padaku. "Dan sebanrnya sampean, aku, memiliki banyak hal yang bisa ditulis," lanjut Nanang kepadaku sambil menstarter sepda motornya.

Kaliamat hebat dari seorang sahabat. Itu akan menjadi mimpiku kedepan.

0 komentar:

 
CAKRAWALA KEHIDUPAN © 2012 Development Fauns