Berita Terpopuler

Mengapa

3.12.10
Kerinduanku akhirnya terobati dan berakhir sesaat kaca penutup helmnya ditutup. Walau tak menyaksikan senyumnya, tp saya yakin senyum simpul itu mengembang di balik kaca helm. Lalu sepeda motor hitam bercorak merah menderu melaju meninggalkanku.

Setiap kali ia pergi melaju seiring menghilangnya deru mesin motornya, setiap itu pula aku selalu berharap ia akan berbalik untuk sekedar melepas helmnya dan memperlihatkan senyum utuhnya kepadaku. Namun harapan tinggallah harapan. Tak ada yang lebih dapat kulakukan selain berangan andaikan semua kehidupanku berjalan sesuai dengan apa yang kufikirkan sesaat itu juga.

Tak bisa kukendalikan hasratku untuk terus menatapnya. Walau kutahu dia tidak mungkin kembali. Walau hanya kulihat punggungnya. Dengan kerinduan ini, harapan ini aku merasa benar-benar membutuhkannya, ada disampingku dan selalu tersenyum padaku.
Hingga aku tak menyadari seseorang telah berdiri didekatku.
" Kamu sedang apa disini?",tanya Edo seseorang itu.
"Ah.....tidak apa-apa," jawabku singkat seraya berlari meninggalkan Edo.
"Aneh..,itulah komentar terakhir Edo kepadaku.

Sedangkan a...ku hanya bisa menahan kesedihanku di dalam dada. Berharap sesampai di rumah aku bisa menuangkan semua kesedihanku. Aku sebenarnya mengerti bahwa seorang yang kudambaselama ini tak akan pernah mengenalku.Tak akan pernah pula menyapaku. Segera kutepis rasa kecewa itu dan kuambil sepeda pancal di parkiran dan aku mulai mengayuhnya untuk pulang.

Di pertengahan jalan, fikiranku mulai melayang membayangkan, betapa bahagianya jika aku dapat melwati jalan ini berdua bersamanya menggunakan sepeda butut ini.
namun angan tinggallah anagan yang tak mungkin dapat kuwujudkan. aku sadar, dunia...ku terlalu jauh berbeda dengan dunianya yang dibatasi oleh sebuh garis keturunan.
garis di mana aku tidak diperbolehkan untuk melewatinya. karena jika sedikit saja aku berani mendekatinya, berarti aku telah melanggar aturan.
"Dia adalah wanita keturunan nabi. Seorang akhwat sepertimu dilarang keras menikahinya."
setetes air mata mulai membasahi hidungku.

Anganku bertingkah lagi, andaikan dia sama denganku, berlatar belakang sama denganku, pasti aku tidak akan menangis saat ini, pasti aku bisa bersama dengan wanita yang benar-benar aku sayang saat ini.
Ahhh, aku bosan berkhayal. Aku bosan bertanya mengapa tidak seperti ini dan seperti ini, mengapa begini jadinya. Semua kalimat setelah kata "mengapa" semakin membuatku menangis, semakin membuatku terpuruk. Ku hapus air mataku dan kukayuh sepedah bututku lagi dengan tenaga yang lebih kuat lagi.


23 Nopember 2010, Lab Komputer Atas, pada pelajaran menulis cerpen

 
CAKRAWALA KEHIDUPAN © 2012 Development Fauns